Agar Lebih Memikat, Ansar Ahmad Serius Poles Pulau Penyengat

Primaderma Skincare

Tanjungpinang, jurnalkota.online

Bacaan Lainnya

Dalam rangka mengembangkan dan melestarikan budaya Melayu dan Nasional dalam mendukung pembangunan berkelanjutan serta mewujudkan Kota Tanjungpinang sebagai ibukota “sebenarnya” dari Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Gubernur Provinsi Kepri Ansar Ahmad, terus menunjukkan keseriusannya memoles Pulau Penyengat sebagai Pulau Warisan Budaya.

Pengembangan kawasan Pulau Penyengat memang menjadi salah satu dari sekian program Penataan Kota Tanjungpinang yang direncanakan Ansar Ahmad dan Wakil Gubernur Provinsi Kepri Marlin Agustina.

Terakhir, Ansar Ahmad memimpin Peninjauan dan Rapat Pengembangan Kawasan Pulau Penyengat di Balai Adat Indra Perkasa, Pulau Penyengat, Kamis (20/1/2022) bersama jajaran Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kepri di hadapan perwakilan dan tokoh masyarakat Penyengat.

Dalam kesempatan tersebut, Ansar Ahmad serta jajaran BPPW Kepri memaparkan rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di tahun anggaran 2022 ini yang memiliki pagu sekitar sepertiga dari total keseluruhan perkiraan dana yang dibutuhkan untuk memoles Pulau Penyengat, yaitu di angka Rp 130 miliar. Maka Pengembangan Pulau Penyengat merupakan kegiatan berkelanjutan.

Untuk tahun 2022, pagu dana yang disiapkan adalah senilai Rp 30 miliar yang terdiri atas bantuan dari pemerintah pusat melalui BPPW Kepri senilai Rp 10 miliar yang diperuntukkan untuk penanganan wilayah kumuh, Rp 5 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kepri tahun anggaran 2022, yang dikhususkan untuk revitalisasi Masjid Sultan Penyengat, serta bantuan dari Islamic Development Bank senilai Rp 15 miliar.

Ansar Ahmad mengaku, dimulainya kegiatan pengembangan kawasan Pulau Penyengat ini tidak terlepas dari kerja sama dan koordinasi apik antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri, BPPW Kepri, Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang yang mendukung penuh, warga Penyengat, serta berbagai pihak pemangku kepentingan.

“Kebersamaan ini akan terus dijalin, karena ini adalah kegiatan berkelanjutan. Dengan dukungan penuh Wali Kota Tanjungpinang dan seluruh warga Pulau Penyengat, saya yakin tujuan kita bersama akan tercapai. Jika progres yang dilaksanakan baik, kiranya ke depan kita akan mudah mendapat suntikan-suntikan dana lagi untuk terus mengembangkan Pulau Heritage ini,” ujar Ansar Ahmad.

Dalam kesempatan tersebut, Ansar Ahmad memaparkan progres revitalisasi Masjid Sultan, yang mana masih dalam tahap koordinasi dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Balai Pelestarian Cagar Budaya, Batu Sangkar, dikarenakan Masjid Sultan merupakan situs bersejarah.

“Karena, Masjid Sultan merupakan cagar budaya, oleh karena itu kita tidak bisa sembarangan memugarnya, perlu koordinasi dengan pihak berwenang. Namun, kita sudah melakukan identifikasi dan menemukan 80 titik yang memerlukan perbaikan-perbaikan utama,” kata Ansar Ahmad.

Ansar Ahmad juga menyampaikan, bahwa pengembangan kawasan Pulau Penyengat dapat dijadikan sarana penambahan lapangan pekerjaan. Sehingga, program ini juga dapat berpartisipasi dalam program pemulihan ekonomi.

“Ini dapat juga dijadikan momen untuk membangkitkan SDM Pulau Penyengat,” ujar Ansar Ahmad.

Sementara itu, Kepala BPPW Kepri Albert Reinaldo menyampaikan, bahwa di bulan Februari akan dimulai pekerjaan peningkatan kapasitas Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) serta penyambungan ke rumah warga yang merupakan bagian dari peningkatan kawasan kumuh.

SWRO merupakan menggunakan membran Reverse Osmosis (RO) untuk memisahkan kandungan garam yang terkandung untuk didapatkan air tawar.

“Akan dilakukan peningkatan kapasitas SWRO sebesar 2,5 liter perdetik, sehingga menjadi 5 liter perdetik dari sebelumnya 2,5 liter perdetik. Sedangkan untuk penyambungan ke rumah warga akan ditambah sebanyak sekitar 600 rumah setelah sebelumnya telah tersambung ke 107 rumah di tahun lalu,” kata Albert Reinaldo.

Mengenai peningkatan kawasan kumuh, menurut Albert, Kepri mendapat keistimewaan dengan menjadi salah satu dari enam provinsi di Indonesia yang mendapat kepercayaan untuk menata kawasan kumuh dari pemerintah pusat.

“Ini berkat dorongan dan kerja keras Gubernur Kepri dan Walikota Tanjungpinang. Untuk itu, kita patut bersyukur Kepri dapat terpilih dalam enam provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia,” ungkap Albert Reinaldo.

Terakhir, Wali Kota Tanjungpinang Rahma menghimbau warga penyengat untuk mendaftar dalam sambungan air SWRO, meskipun sudah memiliki sumber air sendiri. Karena ke depan tidak ada susulan penyambungan baru.

“Karena, dari rencana penyambungan sebanyak 600 rumah, berdasarkan survey baru ada sebanyak 320 rumah yang bersedia melakukan sambungan. Untuk itu, karena di sini juga hadir forum RT/RW, saya minta bantuan untuk menghimbau warganya agar ikut mendaftar,” himbau Rahma.

Untuk informasi biaya yang harus dikeluarkan oleh warga penyengat untuk air siap minum hasil olahan SWRO adalah sebesar Rp 15.000 per meter kubik dan biaya beban setiap bulan Rp 7.000.

Turut menghadiri kegiatan ini, Kajari Tanjungpinang Joko Yuhono, Staf Khusus Gubernur Kepri Nazaruddin dan Suyono Saeran, Kadis ESDM Kepri M Darwin, Plt Kadis Perkim Kepri Sofyan, Jajaran BPPW Kepri, Wakil Ketua I DPRD Tanjungpinang Novaliandri Fathir, Camat Tanjungpinang Kota, dan Lurah Penyengat.

Editor : Antoni

Primaderma Skincare
Primaderma Skincare

Tinggalkan Balasan