Garut, jurnalkotatoday.com
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Garut, Euis Ida Dikritik dan ramai diperbincangakan akibat video viral saat guru honorer demo di gedung DPRD Garut jumat 14 Juni 2024.
Pasalnya dalam video viral itu Euis Ida mengatakan sesuatu kepada guru honorer yang menangis di depan pintu gedung DPRD. Perkataan Euis Ida itu adalah “narangis we didinya nya sing sae” (menangis saja di situ ya yang bagus).
Sontak perkataan Euis Ida pun diprotes guru honorer karena dianggap tidak memiliki rasa empati.
Forum Aliansi Guru dan Karyawan (Fagar) Kabupaten Garut, Ma’mol Abdul Faqih, memberikan tanggapan terkait dengan video viral salah satu guru honorer bernama Fuzi yang menangis saat melakukan demonstrasi di gedung DPRD Garut.
Para guru honorer yang melakukan aksi demo menuntut formasi PPPK itu tersinggung atas ucapan Ketua DPRD Garut Euis Ida.
Mamol menyampaikan, bahwa ucapan Ketua DPRD Garut itu sangat tidak pantas. Dimana ketika Euis Ida turun dari mobilnya dan melihat ada salah satu guru honorer yang menangis bernama Fuzi, Ia mengatakan kalimat yang melukai hati para guru.
Mamol mengatakan, ucapan Euis Ida itu sungguh tidak mempunyai rasa empati. ”Mereka sangat kecewa dengan perkataan ibu Euis Itu, perkataan Ceurik Sing Sae itu tidak ada rasa empati kepada kami,” ujarnya.
Mamol mengungkapkan, bahwa perkataan tersebut sangat tidak pantas dilayangkan oleh pejabat publik sekelas Euis Ida. “Beliau itu yang notabene adalah ketua DPRD dan wakil kami, beliau tidak pantas menjadi pejabat publik. Karena pernyataan ya itu sangat menyakitkan bagi kami,” ungkapnya.
Klarifikasi
Sementara Ketua DPRD Garut Euis Ida Wartiah berikan klarifikasi usai videonya ramai beredar di Medsos.
Euis menerangkan bahwa dirinya bukan bermaksud menyakiti para guru honorer, namun dalam situasi tersebut ada kejadian yang memang tidak terduga dan terkait video yang viral dirinya memberi penjelasan dari perspektifnya saat itu.
Saat itu DPRD Garut menerima perwakilan dari guru honorer untuk audiensi melalui Wakil Ketua DPRD Garut Ayi Suryana.
Euis menjelaskan, dirinya saat itu ada di Gedung DPRD Garut namun tidak menerima langsung karena ada pekerjaan. Meski demikian dirinya tetap mengawasi jalannya audiensi ketika itu.
Memasuki pukul 17.00 WIB dirinya hendak pulang dulu, namun mobil yang mau dinaikinya ditahan peserta aksi dari guru honorer yang terlihat antara seperti menangis atau pura-pura nangis.
Situasi itu membuat politisi Golkar tersebut tidak bisa maju dengan kendaraannya ketika itu. Mobilnya digoyang-goyang dan dihalangi oleh peserta aksi dari kalangan honorer.
“Tos lebet Kana mobil, eta mobil diharalangan diujeg2 ku honorer nu nuju narangis duka nanangisan (Ketika sudah masuk ke mobil, digoyang-goyang oleh honorer yang sedang nangis atau pura-pura nangis dirinya tidak tahu pasti, red),” katanya.
Ia pun memilih keluar lagi dari mobil lantaran kendaraannya tidak bisa maju, kemudian ada yang sedang pura-pura nangis dan bicara kepadanya “Abdi mah hayang ceurik Ibu” (artinya: saya mau nangis, Ibu), kemudian ia menimpal dengan jawaban “nga/mangga atuh nangisna sing sae” (silakan nangis yang bagus).
Tidak jadi pulang, pada saat itu Euis kembali masuk ke ruangan karena dilarang oleh peserta aksi.
Ia berada di kantor Sekretariat DPRD Garut hingga larut malam waktu pukul 22.30 WIB, usai selesai kegiatan audensi para guru honorer.
Penulis: H Ujang Slamet