Garut, jurnalkotatoday.com
Kepala Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Sutisna S.Ip menanggapi soal viralnya seorang lansia bernama abah Hadi (70) yang sedang sakit dan tak punya biaya, karena kondisi kemiskinannya.
Atas viralnya berita tersebut, Sutisna, memberikan respon dan langsung gerak cepat mengunjungi kediaman Abah Hadi bersama petugas dari kecamatan dan Puskesmas, Rabu (2/10).
Sutisna bersama petugas terkait itu ingin memastikan kondisi kesehatan Abah Hadi, yang dikabarkan mengidap penyakit paru-paru.
Sutisna menjelaskan kepada awak media terkait penyakit yang diderita Abah Hadi itu, Sutisna membenarkan bahwa Abah Hadi memang memiliki riwayat penyakit paru-paru. Bahkan beberapa bulan ke belakang pernah dirawat karena penyakitnya itu.
Namun demikian, menurut Sutisna, ia memastikan pihak desa sudah memberikan bantuan agar dapat mendapatkan perawatan medis.
”Memang betul Abah Hadi seperti itu kondisinya, tapi beliau mempunyai riwayat penyakit paru-paru, memang betul. Tapi kan setiap 6 bulan sekali suka diperiksa di puskesmas dan pemerintah desa selalu membantu melalui Kasi Jesranya,” jelas Sutisna.
Selain itu, Sutisna juga mengatakan, bahwa Abah Hadi sebetulnya sudah memiliki BPJS Kesehatan yang ditanggung pemerintah. Dan ketika beberapa bulan ke belakang saat hendak dirawat, pihak desa yang membantu mengaktifkan BPJS nya karena sempat tidak aktif karena terjadi perbedaan NIK KTP dan KK.
Sekarang pun kartu BPJS abah Hadi aktif dan bisa digunakan untuk berobat. Dan untuk biaya akomodasi lain menuju ke fasilitas kesehatan, pihak desa pun siap menyediakan mobil siaga desa untuk mengantar abah Hadi jika dibutuhkan.
Jadi jika berbicara soal berobat, Abah Hadi tidak perlu memikirkan biaya dan desa pun siap mengantar dengan mobil siaga desa jika abah Hadi mau.
Di samping itu, dalam urusan kebutuhan sehari-hari, abah Hadi bersama istrinya emak Umah, juga sudah mendapatkan kartu sembako (BPNT) dari Kemensos.
Namun memang, sejak tahun 2022, kartu sembako mereka itu terdapat kendala sehingga tidak bisa dicairkan. Setelah diperiksa ternyata NIK KTP dan KK tidak sesuai. Hal itulah yang membuat saldo BPNT mereka tidak bisa dicairkan.
Untuk masalah tersebut, pada hari Rabu (2/10) dari pihak TKSK kecamatan sudah mencoba mengambil tindakan memperbaiki kendala yang terjadi dengan kartu sembako tersebut.
” Alhamdulillah kemarin pihak kecamatan, pihak desa sudah memperbaiki mudah-mudahan untuk ke depan kartu sembako itu bisa lancar lagi,” ujar Sutisna.
Lebih jauh Sutisna menjelaskan, untuk kebutuhan makan sehari-hari, sebetulnya abah Hadi tidak lah terlalu sulit. Abah Hadi mempunyai penghasilan dari kebun dan anaknya pun kerap membantu kebutuhan sehari-hari.
Dengan begitu kata Sutisna, kehidupan abah Hadi relatif normal jika dilihat dari kebutuhan makan sehari-hari. Bahkan hari ini Sutisna juga mengutus petugas desa memberikan paket sembako untuk kebutuhan abah Hadi.
“Kebetulan di desa ini ada sembako dari Dinas Sosial waktu pasar murah kami menyisihkan khusus bah Hadi, kami kasihkans satu paket,” ujarnya.
Kemudian, soal rumah abah Hadi yang dikatakan tidak layak, Sutisna mengakui bahwa jika dilihat secara fisik, rumah abah Hadi masuk kategori tidak layak. Abah Hadi patut mendapatkan bantuan perbaikan rumah.
Dalam hal ini, Desa Pamalayan siap membantu untuk membangun rumah abah Hadi dan akan dianggarkan untuk tahun 2023 mendatang. Namun demikian, pihaknya akan musyawarah terlebih dahulu dengan pihak keluarga.
Apakah pihak keluarga bersedia jika dibantu pembangunannya oleh desa atau tidak. Jika memang pihak keluarga terutama anak-anak abah Hadi mempersilahkan, maka desa akan musyawarah dengan tokoh masyarakat untuk gotong royong dan mengalokasikan dari dana desa.
” Nah nanti kalau sudah ada jawab seperti itu, nanti kita akan musyawarah lagi dengan RT RW, kita akan gotong royong dan kita akan anggarkan dari desa. Mudah-mudahan di 2023 bisa terealisasi,” tegas Sutisna.
Sutisna berharap atas viralnya abah Hadi ini, masyarakat tidak terlebih dahulu memvonis bahwa desa seolah membiarkan ada warganya seperti abah Hadi.
Sutisna sangat memahami, bahwa sebagian besar masyarakat ketika ditanya oleh wartawan atau pihak manapun, terkadang memberikan keterangan yang tidak sesuai. Hal itu lantaran kebanyakan masyarakat orientasinya ingin mendapatkan bantuan sosial.
“Harapan kami ketika ada media atau dari manapun untuk mendapatkan bantuan, tolong lah menjawab pakai hati nurani. Sesuaikan dengan keadaan dan kenyataan,” ujarnya.
H.Ujang Slamet/Saepul Zihad