Banyuwangi, jurnalkotatoday.com
World Surf League (WSL), ajang selancar paling bergengsi di dunia, yang digelar di Pantai Plengkung (G-Land), Banyuwangi, resmi dibuka Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, pada Jumat sore (27/5/2022). Para peserta yang berasal dari berbagai negara terlihat antusias.
Berbagai atraksi budaya turut memeriahkan ajang internasional tersebut. Jaranan Buto hingga Tari Gandrung mewarnai. Penampilan seniman dari Sanggar tari Alang-Alang Kumitir, Tegaldlimo itu, membuat para peselancar terbaik dunia sangat senang. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan menyorotkan kamera handphonenya.
“Ini pembukaan yang paling meriah dari berbagai pertandingan yang pernah saya ikuti di berbagai negara. Banyuwangi luar biasa. Kami disambut dengan budaya Indonesia,” ungkap Lakey Peterson, peselancar perempuan asal Amerika Serikat.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh peselancar asal Brazil, Gabriel Medina. Ia takjub dengan pertujukan kesenian khas Banyuwangi itu. “Sambutan pembukaannya sangat menyenangkan. Tarian dan pertunjukannya, semuanya sangat keren. Inj ajang selancar paling keren,” ujar lelaki kelahiran 1993 itu.
Para peselancar terbaik dunia yang berkumpul di Banyuwangi juga merasakan tantangan sekaligus kekaguman terhadap pesona ombak G-Land Banyuwangi. Pantai ini dikenal memiliki ombak kiri terbaik dunia. Dengan ketinggian ombak 6-8 meter dan panjang 2 kilometer, pantai ini menjadi destinasi impia
Para peselancar dunia yang pertama kali menjajalnya langsung terbius oleh ombak di kawasan Taman Nasional Alas Purwo itu. Salah satunya peselancar asal Brazil, Jadson Andre.
“Saya berani mengatakan bahwa hari ini adalah hari selancar terbaik dalam hidup saya. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan untuk semuanya,” tulisnya pada unggahan di media sosial saat menjajal ombak G-Land.
Bahkan, bagi sejumlah peselancar yang pernah menjajal keasyikan G-Land mengakui hal tersebut dengan cukup sentimentil. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Kelly Slater. Peselancar asal Amerika Serikat itu perna menjadi jawara saat WSL digelar di G-Land Banyuwangi pada 1995.
“Terimakasih telah menyambut kembali di Banyuwangi dengan baik dan dengan segala keramahannya. 27 tahun yang lalu saya di sini, dan tahun ini senang bisa berada di sini kembali. Kami menantikan untuk bisa datang di event ini,” aku atlet kelahiran 1972 itu.
Sementara itu, Rio Waida, satu-satunya peselancar asal Indonesia yang berlaga di WSL seri G-Land ini merasa senang dengan penyelenggaraan tersebut. Ia mematok target bisa memenangkan kompetisi pada seri keenam lomba selancar paling prestisius yang diselenggarakan sejak 1976 itu.
“Saya akan berusaha untuk menjadi pemenang demi bangsa Indonesia,” aku pemuda yang baru saja menjuarai Sydney Surf Pro 2022 beberapa waktu lalu.
Antusiasme dari para peselancar dunia itu, menurut Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, tak ubahnya motivasi. Ia meyakini, dengan suksesnya penyelenggaraan WSL ini, bisa menjadi momentum untuk mendongkrak pemulihan wisata di ujung timur Jawa ini pasca pandemi.
“Kepuasan para surfer dunia ini menjadi motivasi bagi kami. Ini tentu akan menjadi momentum untuk pariwisata Banyuwangi kembali bangkit,” cetusnya.
Ipuk juga berharap nantinya G-Land menjadi venue tetap pelaksanaan seri WSL pada tahun-tahun mendatang. Sekaligus juga menjadi tujuan favorit para pecinta selancar dari seluruh dunia. Apalagi, infrastruktur Taman Nasional Alas Purwo kini semakin baik.
“Semoga dengan suksesnya acara ini, tahun depan WSL kembali digelar di G-Land. Para pesertanya terus mempromosikan Banyuwangi di media sosialnya. Sehingga mengundang para surfer seluruh dunia untuk datang ke sini,” pungkasnya.
Penulis: Ari