Garut, Jurnalkotatoday.com
Sejumlah aktivis dan LSM dari Kabupaten Garut mempertanyakan kegiatan studi banding DPRD Kabupaten Garut ke Bali. Pasalnya studi banding ke Bali dinilai kedok untuk liburan dan menghabiskan anggaran akhir tahun saja.
Aktivis LSM Pemuda Akhir Zaman, Podem, SAR yang hadir pada audiensi di kantor DPRD Garut, Jumat (27/12/2024), menilai bahwa kegiatan yang sudah menjadi budaya ini tak lebih hanya sekedar menghambur-hamburkan anggaran.
Menurut Ketua Pemuda Akhir Zaman, Jajang Nurjaman dan Ketua SAR, Lukman Nurhakim, S.H yang gencar melayangkan kritikan, bahwa mereka tidak habis pikir, padahal banyak permasalahan di Kabupaten Garut yang harus diselesaikan dengan anggaran.
“Misalnya penanganan warga miskin ekstrem, stunting, dan segudang permasalahan lainnya. Terlebih lagi Kabupaten Garut masih menempati Kabupaten dengan IPM terendah di Jawa Barat,” ungkap mereka.
Ketika wartawan menanyakan hal tersebut kepada DPRD Garut, kenapa dipilih Bali dan tidak memilih tempat lain yang lebih dekat dan irit biaya. Menjawab pertanyaaan wartawan, Hj. Rini Sri Rahayu anggota DPRD Kabupaten Garut menjelaskan, kenapa Bali yang dipilih, karena Bali jauh lebih baik dari Kabupaten Garut.
Jika memilih kabupaten lain untuk studi banding yang levelnya setara dengan Garut, menurutnya itu tidak ada artinya dan tidak bisa dicontoh. Dalam hal ini menurutnya Bali yang dinilai berhasil.
“ Iya kalau kunjungan yang sifatnya sama-sama setara dengan kita kan tidak bisa dicontoh, begitu ya,. yang sama-sama selevel l, tapi yang lebih baik bisa diterapkan,” katanya.
Selanjutnya, ketika ditanya terkait anggaran studi banding ini lebih besar dibandingkan penanganan warga miskin. Menurut Rini, semua itu sudah ada posnya masing-masing dan PDRD hanya menjalankan aturan saja.
“Kan itu sudah ada pos-posnya Pak, kalau untuk kegiatan bencana kan sudah ada posnya, di bagian kebencanaan. Kami juga sudah ada anggarannya buat kinerja kami begitu,” katanya.
Menurutnya, disesuaikan dengan aturan dengan keuangan yang ada, tidak serta merta. “Misalnya harus ini, penghamburan biaya, enggak. Kalau kunjungan ke luar provinsi itu sudah sering. Hanya satu kali saja setahun,” katanya.
Dikatakan, itu tidak seperti persepsi orang. “Kita itu pergi ke sana itu main atau apa, kita kan mencari referensi yang bisa ditiru di kabupaten Garut,” katanya.
Selain itu menurutnya, studi banding selama ini tidak hanya ke Bali saja. “Tapi ada ke daerah lain yang berhasil, seperti Surabaya,” ujarnya.
Penulis: Saepul Zihad