Cirebon, Jurnal Kota
Sebagai ketua Dewan Pembina serta Penggagas berdirinya Paguyuban Keratuan Singhapura Cirebon, Drs.Rd.Udin Kaenudin, MSi memaparkan tujuan terbentuknya Paguyuban Kerajaan/Keratuan Singhapura, yakni dalam rangka pelestarian sejarah dan budaya leluhur.
“Oleh karena itu, kami dari keluarga keraton Singhapura Martasinga Desa Sirnabaya Cirebon mengadakan satu perkumpulan yang namanya Paguyuban, agar anak cucu tidak mudah melupakannya,” ujar Raden Udin, baru-baru ini.
Di waktu yang sama, Ahli sejarah Cirebon Dr.Rd.Achmad Opan Safari Hasyim, MHum menuturkan secara singkat sejarah Kerajaan/Keratuan Singhapura.
Keratuan Singhapura didirikan menurut sejarah Jawa Barat tahun 1373 oleh Pangeran Surya Wijaya Sakti, yakni Putra dari Prabu Niskala Wastu Kencana yang berpusat di Galuh, Wilayah Pantai Utara Cirebon yang dipilih sebagai Pusat Pelabuhan, tepatnya di desa Surantaka.
“Ketika beliau wafat, maka kepemimpinan digantikan oleh sepupunya yang bernama Ki Gedeng Tapa, pada masa Ki Gedeng Tapa pusat pelayanan dan pusat pemerintahannya dibagi dua, pusat pelayanannya terletak di daerah Singhapura kemudian pusat pemerintahannya di daerah Martasingga, yang saat ini Shingapura ada di desa Sirnabaya Cirebon, kemudian yang di bagian selatannya adalah Martasinga Cirebon, sebagai Ibu Kotanya saat itu,” tuturnya.
Lanjutnya, pada tahun 1415, Pelabuhan Cirebon didatangi armada Laksamana Tjeng Ho untuk transaksi komoditi, yaitu kayu jati dan rempah-rempah. Sejak itulah pelabuhan Muara Jati Cirebon semakin ramai didatangi oleh kapal-kapal dari negara lain, seperti kapal Portugis, kapal Arab, kapal Cina dan lainnnya.
Pada tahun 1420, datanglah rombongan dari Baghdat, sebanyak 98 orang, dipimpin oleh seorang Syekh bernama Syekh Idofi Magdi. Saat itu meminta izin kepada Ki Gedeng Tapa untuk menyampaikan Syiar Agama di Cirebon. Ki Gedeng Tapa sendiri saat itu sudah Islam, karena istrinya Siti Syarifah yang merupakan Ahlul bait, kemudian Syekh Idofi Magdi oleh Ki Gedeng Tapa diizinkan tinggal di dekat mercu suar, dan membuat rumah serta mendirikan sebuah Pondok Pesantren.
“Karena tempatnya di bukit jati yang di atasnya terpancar cahaya mercu suar, kemudian beliau dijuluki dengan nama Syekh Nur Jati. Nur yang berarti Cahaya, Jati yang berasal dari Giri Amparan Jati,” singkat Raden Opan.
Paguyuban Keratuan Singhapura ini diketuai oleh Kuwu Sirnabaya Miming Muhaemin, dan ada beberapa agenda Tahunan, yaitu : Napak Tilas sejarah Keratuan Singhapura, Seminar Lokal dan International jejak Laksamana Tjeng Ho, kemudian Grebek Suroan, serta Pagelaran Wayang.
Paguyuban Keratuan Singhapura ini didirikan oleh tiga bersaudara :
Drs. Rd. Udin kaenudin MSi,
Dr. Rd. Achmad Opan Safari dan
Elang Panji Jaya Prawirakusuma,
Ketiga tokoh Cirebon ini merupakan Para Putra Turunan dari Pangeran Cakrabuana dan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
“Semoga dengan adanya Paguyuban Keratuan Singhapura ini, seluruh para putra turunan dapat bersatu,” ujar Raden Udin.
Penulis : Png.Aria Natareja (PKP)
Editor : Pang