Jakarta, jurnalkotatoday.com
Rektor Universitas Pancasila (UP), Prof. Marsudi Wahyu Kisworo, menekankan pentingnya menyiapkan pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila, serta dapat diterapkan dalam diplomasi internasional sebagai respon terhadap tantangan dinamika politik global.
“Universitas Pancasila dengan visinya, bahwa kita akan mencetak pemimpin-pemimpin bangsa masa depan yang nilai-nilai luhur pancasila itu akan diterapkan di dalam seluruh di tempat kampus ini, mulai dari kegiatan kemahasiswaan, perkuliahan dan sebagainya,” ujar Prof. Marsudi dalam seminar nasional bertajuk “Diplomasi Pancasila Bagi Dunia” di Kampus Universitas Pancasila Jakarta, Rabu (23/10/2024).
Kata Prof. Marsudi, seiring berkembangnya zaman, nilai-nilai Pancasila semakin relevan dengan kondisi saat ini, sehingga menjadikan Indonesia menjadi negara yang bersatu dan guyub.
“Banyak bangsa-bangsa di dunia ini yang agama, bahasa, sukunya sama tapi berkelahi, nah Indonesia ini kan ada lebih dari 560 bahasa lokal lebih dari 600 suku bangsa, tetapi bisa bersatu karena adanya Pancasila. Maka Indonesia itu beruntung, karena punya nilai-nilai luhur Pancasila yang membuat Indonesia menjadi satu,” terang Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini .
“Itulah relevansi dari Pancasila untuk dunia, dan mudah-mudahan nanti Pancasila ini menjadi suatu kompas yang bisa diikuti oleh seluruh bangsa negara di dunia untuk menciptakan perdamaian dunia seperti yang diamanatkan di dalam pembukaan undang-undang dasar 1945, bahwa salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia adalah menciptakan perdamaian dunia,” ungkap Prof. Marsudi.
Masih kata Prof. Marsudi, Perdamaian dunia akan tercapai jika seluruh dunia ini bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila.
“Nilai-nilai Pancasila itu, semangat utamanya adalah bagaimana kalau kita lihat sila silanya ya, sila pertama itu kan menghargai perbedaan agama. Sila kedua adalah menghargai sisi-sisi kemanusiaan bagaimana manusia yang satu dengan lain, memahami bahwa masing-masing itu punya hak yang berbeda-beda. Sila ketiga adalah menghargai bahwa kita persatuan itu penting. Sila keempat adalah menghargai musyawarah, jadi di dalam dialog misalnya tidak boleh menang-menangan harus bermusyawarah di sana. Sila kelima adalah menghargai bagaimana keadilan itu bukan hanya sekedar keadilan dalam arti keadilan materi, tapi juga keadilan semuanya keadilan sosial yang harus diterapkan,” pungkasnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Menteri Luar Negeri periode 2014-2024 Retno Marsudi menekankan pentingnya menjaga komitmen Bangsa Indonesia terhadap Pancasila untuk menghadapi berbagai tantangan dunia agar bisa tetap kokoh menghadapi dinamika politik global.
“Sikap patriotisme merupakan sikap seseorang yang mau mengorbankan segalanya untuk kejayaan dan kemakmuran bangsa dan negaranya,” ujar dia.
Jadi, kata dia, Pancasila adalah aset bangsa yang menyatukan berbagai suku, budaya, dan agama.
Retno juga mengemukakan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga martabat di tengah praktik transaksional global, serta pentingnya mendefinisikan kepentingan nasional.
Untuk itu, ia berharap generasi muda berpegang pada prinsip Pancasila sebagai petunjuk arah dalam berbangsa dan bernegara. Dedy