Cirebon, Jurnal Kota
Cirebon merupakan daerah di Kawasan Pantura Jawa Barat yang masih kental dengan sejarah dan budaya serta kuliner. Selain keraton dan situs, naskah kuno juga menjadi salah satu bukti kuat bagaimana perjalanan dan perkembangan Cirebon beberapa abad silam.
Salah satunya, naskah kuno yang berada di Desa Nusaherang Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Naskah itu adalah Naskah Kembang Cangkok Wijaya kusuma(Silsilah), Rancang Bangun Keraton Cirebon dan Tarekoh Bima Suci (Ajaran Tasawuf yang disimbolkan dalam lakon pewayangan).
Bukan hanya Naskah Kuno saja yang ada di sana, ada juga tertinggal sebuah pusaka Patilasan serta makam-makam Leluhur yang berdarah Bangsawan Cirebon.
“Naskah-naskah kuno ini membuktikan bahwa warga Desa Nusaherang masih memiliki kekerabatan keturunan dengan Keraton Kanoman dan Keraton Kasepuhan. Saya sudah verifikasi silsilahnya dan memang ada dan tercatat,” kata Sejarawan Cirebon Opan Safari, Kamis (29/05/2020).
Ia menyebutkan, dalam naskah tersebut ditulis menggunakan Arab Pegon (tulisan arab berbahasa Cirebon dan Carakan (aksara Jawa). Isi dalam naskah tersebut, terdapat ajaran Tarekat hingga silsilah murni keturunan Sunan Gunung Jati serta Rancang Bangun Keraton Pakung Wati.
Sementara, ajaran tarekat dikembangkan dari Keraton Kanoman Cirebon dan sampai saat ini masih dipertahankan. Ia menceritakan, ada hubungan silaturahmi yang sempat terputus, yakni pada tahun 1786 atau setelah Sultan Matangaji (Sultan V Keraton Kasepuhan Cirebon) terbunuh.
Naskah kuno tersebut, lanjut Opan, merupakan bukti sejarah terjalinnya kembali hubungan silaturahmi antara para Putra Turunan Desa Nusaherang dan Keraton Cirebon. Bukti tersebut, berdasarkan verifikasi data yang dimilikinya selama mengamati sejarah perkembangan Cirebon.
“Di saya pribadi punya naskah dan silsilah asli turunan Sunan Gunung Jati, termasuk tiga keraton yang ada di Cirebon. Dan itu asli tidak mengada-ada, kalau mereka (Nusaherang) betul keturunan keraton,” tuturnya.
Dari temuan tersebut, ia sudah berkoordinasi dengan pihak Keraton Kanoman Cirebon untuk mengagendakan pembedahan naskah kuno tersebut. Ia menyarankan agar pihak yang dipercaya memegang naskah untuk menjaga dengan baik keutuhannya, hingga saat pembedahan digelar.
“Kertasnya masih asli dari Belanda, berikut juga cover depannya. Meski sedikit mulai rapuh, kalau dijaga baik dan dirawat, Insya Allah tidak akan rusak,” sebutnya.
Untuk menjaga keutuhan naskah, ia meminta agar ditaruh dalam suhu dan kelembapan yang cukup. Selain itu, posisi penyimpanan naskah juga harus tepat serta sering dibuka dan dibersihkan perlahan.
“Diberi silica gell untuk menstabilkan suhu. Posisi naskah jangan ditidurkan atau ditumpuk biar tidak lengket,” kata Opan.
Penulis : Png.Aria Natareja (PKP)
Editor : Pang