Jakarta, jurnalkota.com
Wakil Ketua Umum KNPI Abdussalam Hehanussa meminta para pejabat negara di Indonesia untuk intropeksi dan beradaptasi mengganti nilai-nilai normalitas, formalitas dan kebebasan sosial di era sebelum teror corona dengan nilai-nilai baru kebersamaan sosial, jaminan rasional dan daya tarik emosional.
Menurut dia, hal ini penting karena publik nasional masih skeptis dengan kebijakan serius presiden Joko Widodo (Jokowi) yang optimis tren teror Covid-19 akan menurun kurva pandemiknya dibulan juli, dan breakhir total diakhir tahun 2020.
“Karena publik belum melihat dampak aktual, hasil perang di front ekonomi, front medis dan front keamanan yang dilakukan negara, dalam tempo satu bulan terakhir ini,” kata Abdusslam kepada Jurnal Kota di Jakarta, Sabtu (25/4/2020).
Ia mengatakan, korban Covid-19 di Indonesia semakin terungkap oleh tim medis. “Dari angka-angka dia atas menjadikan posisi Indonesia berada di urutan 19 negara pandemik corona dunia dan urutan pertama di Asia Tenggara,” ungkapnya.
Sementara itu, total validasi se dunia saat ini sudah menyentuh angka 2,6 juta orang terinfeksi, 184.217 ribu orang wafat dan 717.625 ribu orang sembuh. “Dari jumlah tersebut Amerika Serikat jadi negara pandemik urutan pertama global dengan korban terinfeksi 848.994 ribu orang, wafat 47.676 ribu orang, dan sembh 84.050 ribu orang. Hal ini yang membuat Presiden AS Trump, menyalahkan WHO dan RRC sebagai kambing hitam,” tukasnya.
Lebih jauh ia mengungkapkan, rantai reaksi dari seruan rasis tionghoa xenophobia Donald Trump yang menyebut “Covid-19 sebagai “virus cina”, mudah dipahami bahwa AS sedang membuat buku pedoman global untuk mengepung RRC, Korut, Iran dan Rusia, jika strategi ini berhasil, RRC akan diboikot seperti yang dialami Rusia dan Iran selama ini.
“Formula ”kecerdasan ajaib” kewsapadaan nasional yang dimiliki tiga negara tersebut untuk tetap tangguh bertahan digemput Amerika Serikat, Inggris dan kekuatan NATO, sangat menggugah nasionalisme pemuda Indonesia,” paparnya.
“Negara-negara konflik seperti Kuba, Venezuela, Libanon, Suriah, Irak, Yaman dan Palestina, sudah puluhan tahun jadi korban operasi teror psikologi geopolitik jenis ini,” tambah dia.(Sya)