Atasi Banjir Peran Masyarakat Diutamakan, Camat Cisurupan Mendorong Sistem Agroforestri dan Reboisasi

Primaderma Skincare

Garut, jurnalkotatoday.com

Banjir yang melanda wilayah Cisurupan, Kabupaten Garut menjadi perhatian serius pemerintah setempat. Camat Cisurupan, Kabupaten Garut Jawa Barat,  Ma’mun, berharap kejadian serupa tidak akan terulang di masa mendatang. Dengan dipindahkannya pipa saluran air serta dilaksanakannya normalisasi Sub DAS Ciharemas, diharapkan luapan air yang sebelumnya menggenangi Jalan Raya Cisurupan-Cikajang dapat dicegah secara efektif.

Bacaan Lainnya

Menurut Ma’mun, pihaknya telah berkoordinasi dengan UPT PUPR Garut, UPT Bina Marga Provinsi Jawa Barat, serta kepala desa Cisurupan dan Cisero. Salah satu langkah preventif yang telah disepakati adalah rutinitas pembersihan saluran air setidaknya satu kali dalam setahun, terutama menjelang musim penghujan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa upaya jangka panjang yang direkomendasikan oleh Bupati Garut berfokus pada pencegahan banjir dari hulu. Langkah tersebut meliputi pemanfaatan lahan perhutanan sosial yang lebih berkelanjutan dengan menanam tanaman bernilai ekonomi tinggi, seperti kopi dan aneka buah-buahan.

Camat Cisurupan, Ma’mun

Ma’mun menegaskan bahwa tanaman hortikultura, khususnya sayuran, tidak direkomendasikan karena kurang mampu menjaga daya serap tanah terhadap air. Apalagi di musim kemarau.

Di lahan milik masyarakat, pihaknya mendorong sistem agroforestri, yakni mengombinasikan tanaman hortikultura dengan tanaman berakar keras. Selain itu, reboisasi di sepanjang bantaran sungai juga menjadi agenda utama.

“Tetapi tentunya harus dapat memperkuat fungsi hutan, seperti kopi dan buah-buahan dan tidak menanam tanaman holtikultura atau hanya sayuran,” kata Ma’mun, Sabtu 29 Maret 2025.

Guna memastikan keberlanjutan program ini, sinergi antarinstansi sangat diperlukan. Ma’mun menekankan pentingnya kerja sama antara Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), serta pemerintah kecamatan dan desa dalam memberikan pendampingan kepada petani. Tujuannya adalah memastikan praktik pertanian yang selaras dengan prinsip keberlanjutan lingkungan.

“Makanya sudah waktunya kita bersama sama mencegah banjir serupa, dengan berbagai pihak. Jangan hanya pemerintah saja, tetapi masyarakat termasuk petani itu sendiri harus ikut terlibat,” kata Mamun.

Ma’mun mengakui bahwa banjir lumpur di Cisurupan bukanlah kejadian baru, dan berpotensi terjadi lagi jika tidak ada langkah konkret. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pencegahan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat, khususnya para petani.

Menurutnya, masalah ini adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah memang punya peran besar, tetapi masyarakat juga harus berkontribusi, terutama dalam menjaga lingkungan dan menerapkan pola tanam yang ramah ekosistem.

Dengan berbagai upaya ini, diharapkan permasalahan banjir di Cisurupan dapat teratasi secara berkelanjutan dan tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat setempat.

Penulis:  H Ujang Selamet

Primaderma Skincare
Primaderma Skincare

Tinggalkan Balasan