Celoteh Si Jabir, Jurnalkotatoday.com
Segelas kopi hitam dengan beberapa pisang goreng di atas meja, di hadapan si Jabir siap dihirup dan disantap. Kopi pahit dan goreng pisang memang kesukaannya, terlebih sore ini cuaca mendung, dan rintik hujan mulai turun, sangat mendukung, minum kopi sambil melamun.
Situasi ini cukup lama berlangsung, Si Jabir yang banyak bacot, kini diam ‘seribu bahasa’ , keningnya sedikit berkerut, pandangannya tajam menghadap ke depan.
”Hei…kenapa kau Jabir, seperti patung kayak gini,” Ucok sahabatnya sudah duduk di sampingnya.
Si Jabir bergeming, seperti tak peduli sapaan temannya itu.
“Mikirin apa kau?,” Ucok kembali menepuk bahunya.
Si Jabir menoleh ke temannya sejenak, dan tetap diam. Kemudian kembali memandang lurus ke arah depan.
“Wah,…kesurupan apa kau Jabir sampai seperti ini. Dengarkan aku, ada isu viral tentang kau. Katanya kau dipinang jadi Caleg,” kata Ucok berteriak di kuping si Jabir.
Si Jabir menarik kepalanya, rupanya dia terusik juga dengan teriakan Ucok di kupingnya. Lalu Jabir menggeser duduknya dan memposisikan duduknya lebih santai.
Jabir menatap Ucok, “maksudmu tentang calon wakil rakyat itu,” dia mulai bersuara.
“Ya Lah, kau akan jadi orang hebat, kalau lolos nanti,” ujar Ucok.
Si Jabir mengangkat telapak tangannya, lalu menggoyang ke kiri ke kanan, memberikan isyarat tidak.
“Itulah kau Cok, yang ada dalam pikiranmu cuma kata hebat, nanti banyak uang dan dihormati rakyat. Tapi kau tak pikirkan apa yang diharapkan rakyat dari wakil rakyat. Tidak mudah jadi wakil rakyat yang baik. Aku takut jadi wakil rakyat yang banyak bohong nanti,” ucap Jabir.
Ucok melihat wajah Jabir sebentar, dia seperti tak percaya omongan Jabir, yang bicara layaknya orang bijaksana.
“Hebat kali kau Jabir, omongan mu bijaksana kali, ketempelan setan baik ya,”
“Sekarang masih saat permulaan, ngapain mikirin jauh bangat. Belum tentu kau lolos atau terpilih,” celetuk Ucok dengan nada mengejek.
“Itulah cara berpikir yang dangkal. Lolos atau tidak, sebagai calon rakyat yang berkaitan dengan kepentingan rakyat, harus memikirkan jauh ke depan. Jangan hanya berpikir bagaimana bisa lolos, dan duduk di kursi dewan. Terus membayangkan kemewahan dan sumber-sumber uang untuk dikantongi. Ini mah sudah biasa, tapi yang berpikir bagaimana untuk merealisasikan aspirasi rakyat dengan utuh, ini yang langkah,” celoteh si Jabir.
Kata si Jabir lagi, bukan ga ada wakil rakyat yang baik, tapi mau jadi Caleg butuh banyak modal. “Dan butuh banyak waktu untuk kampanye di Dapil-nya,” serunya.
“Di sinilah Caleg memberikan janji kepada masyarakat supaya memilihnya, lalu janji itu tersimpan di memory calon pemilih. Dan ketika aku Lolos nanti, apakah aku bisa memenuhi semua janjiku itu. Karena aku akan sibuk nanti, sedangkan rakyat akan terus menagih banyak janji yang pernah aku ucapkan. Mereka akan menemui aku nanti, nanya janji yang belum tentu bisa terlaksana, akhirnya aku hanya menyampaikan ‘sabar dan akan ditindaklanjuti’, terus aja begitu, kan aku jadi pembohong nanti,” katanya.
Ucok nyeletuk, “kalau begitu, tolak aja pinangan itu, ga usah jadi wakil rakyat kau, tetap aja jadi Jabir yang baik, dan tidak membual,” .
Si Jabir diam seperti merenung. Biarkan waktu yang menjawabnya nanti. **
PS/Bdr/12/5/22.