Jakarta, Jurnal Kota – MENTERI Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) yang terus mendorong UMKM bisa melek digital. Diakuinya bahwa dari total pelaku UMKM yang jumlahnya 99 persen dari total usaha di Indonesia, baru sekitar 13 persen yang menggunakan media digital untuk mengembangkan usahanya. Artinya jumlah pelaku UMKM yang melek digital masih sangat rendah. Namun begitu secara tren jumlah itu meningkat dari tahun – tahun sebelumnya.
Teten menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan pendampingan dan pelatihan bagi UMKM untuk bisa membranding produk-produknya dan bersinergi dengan marketplace atau bisa memasarkan produknya via online. Dengan cara ini terbukti efektif untuk meningkatkan pangsa pasar dan usahanya khususnya di saat pandemi covid-19.
“Pengalaman kami dalam pendampingan terhadap UMKM bersama e-commerce tidak mudah. Sebab bukan berarti ketika terhubung market online mereka terus bertahan atau tumbuh, tapi banyak yang gagal dan hanya sekitar 10 persen yang berhasil, faktor utama penentu itu karena kemampuan UMKM untuk memanage marketing didigital dan merespon permintaan konsumen itu masih rendah,” tutur Teten.
Teten menegaskan bahwa Pandemi covid-19 telah membawa perubahan tren dan gaya hidup masyarakat dalam berbelanja. Sebelum covid-19 banyak masyarakat yang berbelanja melalui tatap muka langsung, namun kini beralih dengan sistem digital. Oleh sebab itu adanya sistem pembayaran berbasis digital yang dilaunching oleh BI menjadi pemicu utama agar pelaku UMKM bisa segera mendigitalisasi dirinya untuk memenangkan persaingan.
“Jadi kita perlu dukungan dari BI terutama gerakan dukungan digital payment untuk pengembangan UMKM. Kalau digital payment diperluas menjadi ini menjadi momentum tepat ntuk UMKM bisa mengakses pasar yang lebih luas,” pungkasnya.
Sementara itu, Perry Warjiyo, Gubernur BI, menyatakan peningkatan digitalisasi sektor UMKM terlihat dari jumlah merchent yang terdaftar dan menggunakan sistem Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) dalam sistem pembayarannya. Per 12 Juni 2020 sudah mencapai 2,64 juta merchent dimana dari jumlah tersebut 87,2 persen adalah merchent usaha mikro dan kecil. Jumlah itu secara mingguan mengalami peningkatan 0,77 persen.
Perry menegaskan bahwa BI melalui 46 kantor cabangnya di seluruh Indonesia akan terus melakukan sosialisasi terkait penggunaan QRIS sebagai metode teraman dalam melakukan transaksi keuangan. Saat ini merchent di sektor pariwisata yang telah terhubung dan menggunakan QRIS telah mencapai 23.289 merchent. Perkembangan transaksi secara digital melalui platform atau e-commerce menjadi salah satu pemicu peningkatan penggunaan QRIS pada sektor UMKM.
BI bahwa melihat potensi pertumbuhan digitalisasi sektor UMKM masih sangat tinggi kedepannya terutama sejak adanya covid-19. Mulai dari pemasaran hingga pembayaran atau jual beli produk UMKM yang dilakukan dengan sistem digital terlihat trennya meningkat.
“Sekarang marchent yang sudah gunakan QRIS itu terus naik, insyaallah kalau kita bergandeng tangan akan cepat mendigitalisasi UMKM. Kita selalu upaya keras menggempur untuk kita QRIS kan dan memang perkembangan QRIS terus meningkat dibalik adanya covid-19,” kata Perry.
BI menargetkan bisa mendorong pelaku UMKM bisa go digital 62,9 juta UMKM dan 91,3 juta penduduk yang unbankable bisa mendapatkan layanan pembiayaan dari industri perbankan di tahun 2025. Dia menyadari bahwa saat ini masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan daya saingnya padahal peluang naik kelas dengan digitalisasi sangat luas. Di saat yang sama juga masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses permodalan dari perbankan.
Oleh sebab itu BI akan terus menjalin kerjasama dengan lintas sektoral termasuk dengan fintech (financial technologi) agar UMKM bisa terlayani dengan baik. Adanya covid-19 ini, lanjut Perry menjadi momentum yang sangat tepat untuk mempercepat gerakan digitalisasi multi sektoral termasuk sektor UMKM.
“Mari kita gunakan momentum covid-19 ini untuk mendigitalisasi pasar tradisional dan UMKM sebab peluangnya besar sekali. Yang kita pelajari dari covid-19 adalah adanya peluang dan potensi bagi UMKM dan sektor informal bisa kita percepat digitalisasi. Jadi kita harus kreatif sebab nggak bisa bussiness as usual, kita harus inovatif,” pungkasnya.(Sya)
Penulis: M Udin