Garut, jurnalkota.id
Banjir yang kerap terjadi di Garut Selatan diduga kuat disebabkan kerusakan hutan atau daerah resapan air. Hal tersebut disampaikan Komandan Kodim (Dandim) 0611 Garut, Letkol CZi Deni usai melakukan tinjauan langsung ke lapangan, menggunakan helikopter bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dalam peninjauan tersebut, ungkap Deni, di kawasan pegunungan Garut Selatan yang seharusnya ditumbuhi pohon keras menjadi palawija. “Banyak tanaman sayuran, tomat, kentang, kolo, dan lainnya. Jadi ada alih fungsi lahan di sana yang seharusnya menjadi daerah resapan air,” ujarnya, belum lama ini.
Dandim menduga terdapat ratusan hektare kerusakan hutan di Garut Selatan. Walau begitu, kata Dandim, pihaknya tidak menyalahkan siapa-siapa dalam terjadinya alih fungsi lahan itu.
“Kita sudah melakukan rapat dengan sejumlah pihak untuk memperbaiki kawasan hulu yang sudah rusak, akibat alih fungsi lahan itu,” ungkapnya.
Sementara laporan dari masyarakat yang enggan menyebut namanya, juga membenarkan banyak terjadi kerusakan hutan di hulu sungai yang mengalir ke daerah Garut Selatan.
Bencana banjir bandang tahun 20216, rupanya belum menjadi pelajaran pemangku hutan untuk memperbaiki kerusakan alam tersebut.
Dalam hal ini para pemangku hutan harus bertanggung jawab, karena dari data tahun 20216 kerusakan hutan yang terjadi di Garut banyak terjadi pada hutan lindung.
Bahkan penebangan pohon liar terkesan dibiarkan oleh petugas pemangku hutan. Bahkan disinyalir ada permainan tidak sedap antara penebang pohon dan oknum petugas instansi pemangku hutan,” katanya.
Penulis: H.Ujang Selamet